Tuesday 17 May 2016

Mengenal Cat Glow in The Dark

Bahan Glow in The Dark (berpendar dalam kegelapan) sudah dikenal bertahun-tahun dan sering disebut dengan nama luminescent. Bahan ini merupakan pigmen dan sudah banyak diterapkan pada bahan-bahan seperti plastik. Awalnya, bahan ini menggunakan senyawa seng sulfida yang memiliki waktu bercahaya yang singkat. Namun seiring berjalannya waktu, bahan ini terus dikembangankan sehingga memiliki waktu berpendar (bercahaya) yang relatif lebih lama seperti yang ada pada mainan anak-anak dan juga wall stiker berbentuk bintang-bintang yang banyak beredar sekarang.



Salah satu aplikasi lain dari bahan glow in the dark ini adalah pada komposisi cat. Cat yang bisa berpendar dalam kegelapan (glow in the dark) sangat berguna sebagai penunjuk arah, penanda jalan (marka jalan). Namun selain itu ada banyak kegunaan lain dari cat glow in the dark seperti penanda jalan darurat atau tanda bahaya saat gelap.

Komposisi cat glow in the dark ini sebenarnya sederhana. Cat glow in the dark biasanya mengandung resin latex, pelarut, pigment yang mengandung bahan luminescent, dan bahan lain yang bisa membuat semua bahan tersebut stabil, berbentuk kental dan dapat diaplikasikan dengan mudah.

Sebagai contoh, berikut adalah formula untuk membuat cat glow in the dark water base (berbahan dasar air) yang bisa anda coba. Anda bisa cari bahan-bahan nya di toko bahan kimia sesuai merk dagang atau deskripsi kimia nya. Namun harga pigment luminescent ini masih relatif mahal sehingga harga jual cat ini juga masih tinggi di pasaran. Rata-rata cat glow in the dark dijual dengan harga 900.000 hingga satu juta rupiah untuk satu liternya.



Formula Cat Luminescent (Glow In The Dark)




Langkah 1
Siapkan sebuah wadah stainless steel yang benar-benar bersih. Masukkan 50% acrylic polimer ke dalam wadah, lalu mix secara perlahan (low speed). Sambil dimix dengan kecepatan rendah, tambahkan propylene glycol, wetting agent, dan surfaktan. Mix low speed selama 5 menit

Langkah 2
Tambahkan Titanium Dioxide, mix medium speed selama 10 menit
Tambahkan Calcium Carbonate, mix medium speed selama 10 menit
Pastikan semua filler, powder sudah homogen

Langkah 3
Tambahkan thickener, lanjutkan mix selama 10 menit
Tambahkan anti foam dan amonia, mix low speed selama 10 menit. Jaga suhu agar tidak lebih dari 40 derajat celcius

Langkah 4
Tambahkan air dan sisa 50% acrylic polimer
Tambahkan methylated spirit, mix low speed selama 5 menit
Terakhir tambahkan texanol, mix hingga benar-benar homogen. Jika dirasa terlalu kental, tambahkan air secukupnya

Gunakan wadah plastik untuk menyimpan cat yang sudah dibuat.

Bahan-Bahan yang dipakai dalam formula tersebut bisa anda cari sesuai merk dagangnya. Jika anda sulit menemukan, anda bisa cari bahan kimia merk lain dengan fungsi yang sama.

Sunday 15 May 2016

Formula Cat Tembok Ekonomis

Sebagai awalan, berikut saya berikan sebuah formula untuk membuat cat tembok ekonomis. Kenapa ekonomis? Karena dari sisi harga cat ini tergolong cat yang murah dari sisi harga. Namun untuk permulaan tidak ada salahnya bagi anda yang ingin mencoba membuat cat tembok untuk pertama kali. Jika sudah bisa membuat cat dengan formula berikut, anda bisa mengkombinasikan bahan dengan kualitas dan kuantitas yang bervariasi untuk meningkatkan kualitas dan harga jual nantinya.




Formula Cat Tembok Ekonomis


Pada proses grinding,  semua bahan dimasukan satu persatu sesuai urutannya perlahan sambil digiling dengan mesin giling (mixer) pada kecepatan sedang-tinggi hingga semua bahan terlihat halus terdispersi (homogen) dan berbentuk pasta kental. Jika terlalu kental, bisa ditambahkan sebagian air yang terdapat pada proses letdown. Setelah dipastikan halus, berbentuk adonan pasta kental, turunkan kecepatan mixer, lalu masukan satu persatu bahan pada proses letdown sambil dimix pada kecepatan rendah. Jika semua proses dilakukan dengan benar, formula diatas akan menghasilkan cat dengan spesifikasi di bawah ini.

Properties Cat
PVC,  %: 70.0
Volume Solids, %:  29.8
Weight Solids, %: 50.2
Stormer, KU: 94
ICI, poise: 0.9
pH,  initial: 8.3


Fi1m Properties :
Reflectance, %: 91.2
Sheen, 85: 1.1
Contrast  Ratio, 3-mil film: 0.959
ASTM Scrub  Cycles, with shim failure,  10%: 102
Color*:
Acceptance: Exc
Development : Exc

Bahan-Bahan yang dipakai dalam formula tersebut bisa anda cari sesuai merk dagangnya. Jika anda sulit menemukan, anda bisa cari bahan kimia merk lain dengan fungsi yang sama.

Anda bisa menambahkan pewarna sesuai keinginan anda. Biasanya digunakan pigment powder dengan jumlah maksimum 2% dari berat cat keseluruhan.

Sumber :
Ucar Emulsion Systems: Ucar Latex 353: Formulation
Suggestion 1-2460

Thursday 21 April 2016

Mengenal Cat Anti Fouling

Anti-fouling adalah cat yang digunakan untuk melapisi bagian bawah kapal untuk mencegah makhluk laut seperti ganggang dan moluska menempel dan hidup di lambung kapal sehingga membuat kapal menjadi berat, memperlambat kapal dan meningkatkan konsumsi bahan bakar.



Konvensi terbaru mendefinisikan "sistem anti-fouling" sebagai "lapisan, cat, perawatan permukaan, permukaan atau perangkat yang digunakan pada kapal untuk mengontrol atau mencegah penempelan organisme yang tidak diinginkan".

Pada awalnya, kapur dan arsenik digunakan untuk melindungi lambung kapal dari tumbuhnya organisme laut yang tidak diinginkan, sampai akhirnya industri kimia modern mengembangkan cat anti-fouling yang efektif dengan menggunakan senyawa logam.

Senyawa ini perlahan-lahan keluar dari lapisan cat dan menyerap ke dalam air laut, menewaskan teritip dan kehidupan laut lainnya yang menempel ke kapal. Namun penelitian telah menunjukkan bahwa senyawa ini bertahan di dalam air, membunuh makhluk laut lain, merusak lingkungan dan mungkin memasuki rantai makanan. Salah satu cat anti-fouling yang paling efektif, dikembangkan pada tahun 1960, berisi tributiltin organotin (TBT), yang telah terbukti menyebabkan deformasi pada tiram.



Penerapan Konvensi baru menandai hasil yang sukses dari tugas yang ditetapkan oleh Bab 17 Agenda 21 yang dikembangkan oleh Konferensi Rio 1992 tentang Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Bab 17 menyerukan Amerika untuk mengambil langkah-langkah untuk mengurangi polusi yang disebabkan oleh senyawa organotin digunakan dalam sistem anti-fouling.

Dampak lingkungan berbahaya dari senyawa organotin diakui oleh IMO pada tahun 1989. Pada tahun 1990 IMO Marine Environment Komite Perlindungan (MEPC) mengadopsi sebuah resolusi yang merekomendasikan bahwa pemerintah harus mengambil langkah-langkah untuk menghilangkan penggunaan anti-fouling cat yang mengandung TBT pada kapal non-aluminium yang dilapisi kurang dari 25 meter panjangnya dan menghilangkan penggunaan cat anti-fouling dengan tingkat pencucian lebih dari empat microgrammes TBT per hari.

Pada bulan November 1999, IMO mengadopsi resolusi Majelis yang meminta MEPC untuk mengembangkan instrumen, mengikat secara hukum di seluruh dunia, untuk mengatasi efek berbahaya dari sistem anti-fouling digunakan pada kapal. Resolusi menyerukan larangan global terhadap penerapan senyawa organotin yang bertindak sebagai biosida dalam sistem anti-fouling pada kapal oleh 1 Januari 2003, dan larangan lengkap pada tanggal 1 Januari tahun 2008.

Instrumen ini kemudian diadopsi sebagai Konvensi Internasional tentang Pengawasan Berbahaya Sistem Anti-fouling di Kapal.

Saturday 12 March 2016

Mengenal Jenis Cat Protektif

Cat  Protektif setelah  diaplikasikan  akan  berubah  menjadi lapisan  proteksi  berbentuk  lapisan film padat melalui proses yang biasanya disebut dengan pembentukan film atau pengeringan. Berdasarkan mekanisme  pembentukan  film,  cat dapat  dikelompokkan  dalam  2  besar, Cat  tidak terkonversi (Non-Convertible  coating) dan Cat terkonversi (Convertible Coating).



Cat  tidak  terkonversi  (Non-Convertible  coating) merupakan  cat  dalam  proses  pembentukan  film
melalui proses penguapan solvent / pelarutnya. Cat jenis  ini  terbuat  dari  resin  padat  yang dilarutkan dalam pelarut yang sesuai. Contoh cat tidak terkonversi  adalah  Vinyl,  Chlorinated Rubber,  Acrylic dan  Bituminous.  Cat  jenis  ini  dapat  larut  kembali dengan solvent / pelarutnya

Cat  terkonversi  (Convertible  Coating)  adalah  cat dimana  proses  pembentukan  filmnya  bisa melalui berbagai macam proses, antara lain oksidasi dengan udara atau reaksi kimia dengan bantuan katalis. Proses  reaksi  oksidasi  dengan  udara  merupakan proses pembentukan film dari cat Unmodified drying oil, Alkyd, Alkyd modified, Epoxy ester. Sedangkan cat  Epoxy,  Polyurethane, Polyurea,  Polyester,  Phenolic, Wash Primer. Cat jenis ini tidak larut kembali dengan pelarutnya.


Berdasarkan metode pencampuran atau kemasan, cat dapat dibagi menjadi 1 komponen, 2 komponen dan 3  komponen.  Cat  1  komponen  adalah  cat  yang  di kemas  dalam  satu  kemasan  tunggal  dan penggunaannya  hanya  perlu  thinner  sebagai  pengencer, contoh  ;  cat  alkyd,  vinyl,  CR.  Bila produk  dikemas menjadi  2  sebagai  Base  dan  hardener  /  katalis, seperti Epoxy, PU, maka produk tersebut kelompok cat 2 komponen. Sedangkan cat 3 komponen adalah cat yang di kemas dalam Base, Hardener dan katalis, contohnya Polyester.

Sunday 24 January 2016

Mengenal Binder Sebagai Bahan Baku Utama Pembuatan Cat Tembok

Binder / Resin adalah bahan baku yang berfungsi membentuk film pada cat tembok. Kualitas binder yang digunakan akan sangat mempengaruhi cat tembok yang dihasilkan. Adapun binder yang paling umum dipakai untuk cat tembok adalah binder yang disebut sebagai "LATEX". Ini bukanlah latex yang disebut sebagai latex karet alam seperti yang dipakai pada kasur latex, tetapi ini adalah sejenis resin yang flexible. Belajar mengenai latex, berarti belajar mengenai polimerisasi juga. Pada dasarnya polimerisasi resin adalah pembentukan resin/binder dari polymer building block seperti monomers. Memang istilah ini sangat teknis sekali, tetapi pada dasarnya polymer building block inilah yang menentukan kualitas dan harga jual latex yang dihasilkan. Prosesnya secara umum dinamakan EMULSION POLYMERIZATION, dan di Indonesia sendiri ada beberapa perusahaan yang membuat Latex sebagai bahan baku cat tembok.



Pada umumnya Latex yang dipakai pada cat tembok adalah ACRYLIC TECHNOLOGY, dimana untuk semua latex yang dibuat diberi embel-embel "acrylic". Sebagai contoh adalah :

Latex FULL ACRYLIC (atau 100% Acrylic)
Ini berarti bahan baku didalamnya adalah full acrylic building block, dimana membawa sifat non-yellowing, high performance, dan fleksibilitas tinggi, sehingga sangat cocok dipakai untuk aplikasi EXTERIOR. Latex jenis ini bisa digunakan juga untuk aplikasi interior, tapi akan sangat over-engineered sekali jika dipakai untuk aplikasi interior (karena harga latex ini paling mahal). Pemakaian latex jenis ini juga mensyaratkan pemakaian additif yang khusus dan dalam jumlah lebih besar daripada latex jenis lainnya.

Latex STYRENE ACRYLIC
Ini adalah jenis latex yang sekarang bisa dibilang paling populer. Gugus polymer acrylic dipadukan (dimasak) bersama dengan Styrene Monomers yang berharga ekonomis, menghasilkan latex jenis ini. Latex ini populer karena hanya sedikit yellowing (tergantung formulasi latexnya), tetapi menunjukan performance film yang relatif baik. Beberapa produsen mampu memodifikasi menjadi latex yang hanya slightly yellowing (sedikit menguning saja). Gugus Styrene Monomers sebenarnya adalah bersifat yellowing, tapi dengan formulasi pembentukan latex yang tepat, maka sifat yellowingnya bisa ditekan. Latex yang dihasilkan oleh produsen ini kemudian diberi embel-embel 2 ini 1, untuk aplikasi interior & exterior. Banyak produsen cat tembok yang telah meluncurkan cat 2 in 1 jenis ini, bisa dipastikan adalah menggunakan latex jenis stryene acrylic.

Latex VINYL ACRYLIC
Adalah jenis latex yang dibilang paling ekonomis. Gugus Vinyl Monomers bersifat yellowing tetapi berharga murah dicampur dengan Acrylic building block. Untuk cat tembok murah dengan high pvc biasanya menggunakan jenis latex ini.

Jenis latex yang populer diatas banyak dipakai oleh produsen cat tembok di Indonesia. Pada tutorial ini kami tidak akan pernah menyebutkan merk cat dari produsen tertentu ataupun merk bahan baku dari supplier tertentu karena menyangkut kode etik bisnis. Konsultasi lebih lanjut dimungkinkan untuk mengetahui beberapa hal yang lebih mendalam secara teknis maupun secara komersial.


Selain ketiga jenis latex diatas, adapula bahan baku latex lain yang mulai menanjak popularitasnya. Yaitu antara lain :

VEOVA
Ini adalah modifikasi latex yang terbuat dari building block acrylic, vinyl acetate, dan Veova monomers yang diklaim memiliki keunggulan dalam pemakaian interior dan exterior. Dalam beberapa test, produsen latex jenis ini menekankan bahwa untuk aplikasi exterior ekonomis, latex jenis VEOVA mampu mengungguli daya tahan exterior latex jenis Styrene Acrylic. Sehingga latex VEOVA banyak digunakan juga untuk aplikasi 2 in 1.

VAE (Vinyl Acetate / Ethylene)
Ini adalah teknologi baru yang diperkenalkan sebagai binder pada aplikasi cat tembok. Seperti diketahui, cat tembok adalah cat berjenis Water-Borne, dimana dalam formulasinya tidak murni 100% berbahan dasar air, tapi tetap perlu ditambahkan solvent tertentu untuk membantu mempermudah cat tersebut mencapai hasil aplikasi yang diinginkan. Adapun karena berkembangnya kesadaran masyarakat akan pengurangan pencemaran lingkungan, maka sekarang diinginkan adanya produk dengan label "Green Product", yang berarti tidak mencemari lingkungan atau sangat minim sekali mencemari lingkungan. Penggunaan solvent dalam formulasi cat tembok akan menyebabkan cat tersebut memiliki kandungan VOC (Volatile Organic Compound, atau bahan yang mudah menguap) yang dituding sebagai biang kerok perusak lingkungan. Adapun dengan pemakaian latex berjenis VAE, maka penggunaan solvent sebagai additif cat tembok bisa dihilangkan karena sifat VAE ini adalah low additif demand untuk mencapai performance cat yang diinginkan. Adapun kekurangannya adalah secara kualitas dan juga harga menjadi kurang menarik dibanding latex jenis lain (mengurangi pemakaian solvent tapi harga latex VAE lebih mahal dan performance kualitas cat yang dihasilkan masih dibawah latex jenis lain).

Tuesday 19 January 2016

Tes Untuk Menentukan Kualitas Cat Tembok

Kualitas cat tembok dilihat dari beberapa jenis performance, sebelum aplikasi, saat aplikasi, dan setelah aplikasi pada lapisan cat-nya (selanjutnya disebut : film). Sesaat setelah diaplikasi, maka terbentuk permukaan film diatas substrate (dalam hal ini tembok). Setelah cat kering, selanjutnya bisa ditentukan performance dari film tersebut.

Adapun performance umum yang diukur (sebelum, saat, dan setelah aplikasi) adalah antara lain :

1. Adhesi

Adhesi dapat diartikan sebagai kemampuan atau daya rekat cat untuk menempel pada permukaan yang akan di cat (substrate). Untuk tembok lama, substrate harus sudah bersih dan kering, jika pengecatan dilakukan dengan "menumpuk" pada permukaan cat lama, maka adhesi yang terjadi adalah tetap adhesi cat lama dengan tembok, dan adhesi cat baru dengan cat lama. Pengukuran adhesi bisa dengan cross-cut test (cross-cut dengan cutter berbentuk kotak-kotak tiap 1 mm sebanyak 11 line x 11 line, kemudian memakai selotip 3M 0.5 inch, dan ditarik, check apakah ada lapisan film terbawa). Testing adhesi ini biasanya dilakukan setelah cat tembok benar-benar kering, dan biasanya terjadi minimal 7 (tujuh) hari setelah pengecatan.







Agar adhesi bagus, untuk aplikasi pengecatan tembok baru - sebaiknya tembok sudah kering benar, biasanya sekitar 7 (tujuh) hari setelah penembokan dan tembok baru tersebut tidak "berkeringat" lagi. Sebaiknya aplikasi pengecatan dilakukan 30 (tiga puluh) hari setelah penembokan (standard international) untuk mendapatkan hasil yang sempurna. Sebelum dicat, sebaiknya tembok juga diberi Alkali-Sealer yang banyak juga dijual di toko cat untuk menghindari kerusakan cat setelah aplikasi. Jangan menggunakan lem putih sebagai bahan plamur / dasar cat, gunakan alkali-sealer yang sesuai.

Untuk tembok lama, disarankan sebaiknya cat lama dikerok dulu dan dibersihkan sebelum aplikasi cat baru.


2. Scrub Resistance

Ini adalah test untuk menentukan kekuatan film pada cat tersebut. Penentuannya berdasarkan dengan test menggunakan alat : WASHABILITY SCRUB TESTER atau WET SCRUB ABRASER

Cat diaplikasikan pada lembaran khusus (Standard : Leneta P121-N), kemudian setelah 7 hari ditest pada alat ini. Hasil adalah berupa berapa banyak scrub cycle film tersebut mampu bertahan, semakin tinggi nilai yang dihasilkan maka berarti akan semakin baik kualitas film yang terbentuk dari cat tersebut. Ini merepresentasikan kekuatan / daya tahan film yang dihasilkan.


3. Dirt Pick Up Resistance

Tidak bisa dipungkiri untuk kondisi seperti di Indonesia, faktor debu ataupun kotoran amat sangat dominan. Permukaan film akan dengan mudah menjadi kotor dan kusam karena debu/kotoran yang menempel. Pengetesan ini biasanya dilakukan dengan mengaplikasikan film pada kertas aplikasi, kemudian film itu didekatkan ke knalpot selama beberapa saat, setelah itu dilihat seberapa banyak kotoran gas knalpot yang menempel dan seberapa mudah dibersihkannya. Semakin sedikit kotoran yang menempel, semakin mudah dibersihkan, artinya kualitas cat semakin bagus.


4. Sag & Levelling

Tembok yang dicat kebanyakan adalah vertikal. Performance cat yang diukur pada sag & levelling test ini sangat menentukan kualitas aplikasi cat tembok. Bayangkan jika tembok tinggi dicat, tiba2 cat yang masih basah di bagian atas tembok mulai jatuh mengalir kebawah sehingga permukaan film terbentuk aliran, tentunya akan menghasilkan permukaan yang tidak rata. 


Cara pengukurannya adalah dengan menggunakan alat khusus yang disebut SAG & LEVELLING tester. Ini adalah aplikator stainless steel pada berbagai macam ketebalan film. Setelah diaplikasikan di kertas khusus, kemudian ditaruh vertikal (biasanya digantung) untuk melihat pada ketebalan bervariasi tersebut, apakah terjadi sag pada film yang diaplikasikan.


5. Hiding Power

Istilahnya adalah daya tutup / daya sebar cat. Dengan jumlah cat seberapa mampu menutup permukaan tembok seluas seberapa. Secara awam, hiding power tentunya dilihat saat aplikasi, permukaan berwarna tertentu, diaplikasikan (ditumpuk) dengan cat tembok baru (sesuai dengan petunjuk pemakaian dan tidak diencerkan berlebihan), apakah pada 1x lapisan cat sudah mampu menutup warna dibawahnya? Apakah perlu beberapa kali lapisan cat agar warna dibawahnya tertutup?



Diatas adalah cara awam penentuan hiding power. Cat dengan hiding power baik tentunya akan memberikan daya sebar lebih banyak. Dengan hiding power bagus, 1x kali kuas/rol saja mungkin sudah mampu mendapatkan daya tutup yang sesuai, sehingga akan irit pemakaian catnya. Cat dengan hiding power jelek, bisa perlu beberapa kali kuas/rol baru memberikan daya tutup yang diharapkan. Test standard penentuan hiding power adalah dengan menggunakan Reflectometer.


6. MFFT (Minimum Film Forming Temperature) dan Open Time

Dua hal ini adalah istilah teknis yang berhubungan dengan cat tembok water based, dan ini nantinya akan sangat berpengaruh pada resin/binder/latex yang digunakan dan additifnya (coalescent). Akan dibahas lebih mendalam pada bahan baku.

MFFT adalah suatu kondisi suhu dimana cat tembok itu bisa kering. Untuk aplikasi, tentunya rentang suhu ruang saat aplikasi adalah rentang suhu dimana cat tersebut bisa mengering. Jika ini tidak tercapai, maka cat tidak akan bisa kering biarpun menunggu lama setelah aplikasi dilakukan. MFFT akan sangat berhubungan dengan Tg (Glass Transition Temperature) dan Coalescent yang akan dibahas pada tutorial berikutnya tentang bahan baku pembuatan cat tembok.

Open Time adalah waktu yang tersedia untuk melakukan aplikasi sebelum cat mengering. Pada saat cat diaplikasi, tentunya kita tidak ingin cat kering instant, karena ada kemungkinan perlu dikuas / dirol ulang berkali-kali karena kendala aplikasi atau daya tutup kurang. Jika pada saat aplikasi cat langsung kering, tentu pada saat pengecatan akan terjadi ketidak seragaman warna. Selain itu, open time juga berarti pada saat kaleng dibuka saat aplikasi, maka tidak serta merta cat-nya kering di dalam pail / kaleng, tapi tetap bertahan dalam kondisi "basah" sampai aplikasi selesai (atau jika sisa disimpan kembali).


7. Spatter Resistance

Uji spatter (cipratan) berfungsi untuk menentukan apakah terjadi cipratan yang berlebihan pada saat aplikasi. Cat yang diformulasi dengan baik tidak akan menimbulkan cipratan berlebihan, sehingga akan lebih mudah diaplikasi.


8. Settling / Slump

Periksa, apakah ada settling/slump (endapan) pada kaleng cat sesaat setelah dibuka (jangan diaduk dulu). Jika terjadi endapan, maka ada problem rheology di formulasi cat tersebut. Cat yang diformulasi dengan baik tidak menimbulkan efek seperti ini.


9. Color Separation

Sesaat setelah kaleng dibuka, lihat apakah terjadi pemisahan warna (warna tidak homogen). Jika ini terjadi, maka berarti cat tidak diformulasi dengan baik, terutama untuk aplikasi pencampuran warnanya, terjadi inkompatibilitas atau penggunaan additif yang kurang. Seperti diketahui untuk cat tembok kebanyakan warnanya adalah warna-warni pastel (warna muda cerah). Warna pastel ini terbentuk dari campuran beberapa macam pigment, terutama pigment putih dan pigment warna lainnya. Jika terjadi pemisahan warna, berarti formulasi warna dalam cat tersebut tidak sempurna, sehingga setelah aplikasi terjadi pemisahan warna seperti itu (tidak mau bercampur).


10. Syneresis

Yang dimaksud dengan syneresis adalah terjadinya pemisahan antara lapisan cat dengan lapisan bening (seperti) minyak diatasnya. Jika sesaat setelah kaleng cat dibuka seperti terlihat lapisan minyak diatasnya, berarti ada problem stabilitas dengan formulasi cat tersebut. Problem stabilitas itu bisa karena rheology maupun penggunaan additif berbasis minyak/solvent yang tidak sesuai. Perlu diingat bahwa biarpun cat tembok disebut water based, tapi tidak ada formulasi yang menggunakan 100% water based. Selalu ada penggunaan solvent tertentu yang membantu terbentuknya cat water based tersebut. Sehingga istilah yang benar adalah WATER-BORNE, karena biar bagaimanapun, selalu ada komponen non-water yang dimasukkan didalamnya. Pencampuran komponen water dan non-water tentunya membutuhkan emulsifikasi yang sempurna dan additif yang sesuai. Tanpa ini, maka akan terjadi pemisahan seperti ditunjukkan adanya "efek berminyak" pada permukaan kaleng.


11. Wetting

Cat yang bagus memilik daya membasahi substrate dengan baik. Jadi saat diaplikasi, cat tersebut mampu membasahi tembok dengan sempurna (semua bidang terbasahi), kemudian mengering disana. Jika terjadi masalah wetting pada cat, maka akan mempengaruhi faktor adhesi seperti yang dibahas diatas.


12. Weathering Resistance

Untuk menentukan kualitas film setelah aplikasi, apakah tahan terhadap weathering test atau tidak. Untuk cat tembok exterior tentunya harus ditest secara lebih intensif untuk menenetukan kualitas cat tersebut pada penggunaan exterior. Accelerated test yang dilakukan bisa menggunakan alat tester UV-B, SUN, ataupun TRAC. Alat tersebut berharga mahal, hanya pabrikan besar yang memiliki alat tersebut. Beberapa contoh suppliernya adalah Q-Lab dan ATLAS. Salah satu petunjuk bahwa film tidak tahan untuk aplikasi exterior adalah film menjadi menguning (pada kondisi ekstrim, maka film akan pecah/cracking). Jika terjadi film menguning, maka bisa diukur dengan Color-Meter untuk menentukan nilai L-a-b yang menunjukan perbedaan warna sebelum dan sesudah testing.


13. Chalking

Chalking disebut juga sebagai efek kapur. Cat tembok yang murah (high-pvc / flat paint, lihat tutorial sebelumnya), biasanya menggunakan filler dalam jumlah yang sangat banyak. Ada kemungkinan resin/latex/binder yang dipakai tidak cukup untuk membasahi semua permukaan filler yang dimasukkan ke dalam formulasi, sehingga filler tersebut tidak terikat dan tertinggal di permukaan cat. Jika film kering yang dihasilkan dipegang terjadi efek kapur, atau jika baju/celana kita menyentuh tembok kemudian terlihat ada efek kapur yang menempel, sudah dipastikan ada efek chalking yang terjadi. Hal ini biasanya terjadi pada cat tembok flat atau cat tembok murah (high-pvc paint).


14. Film Defect

Permukaan cat tembok setelah diaplikasi dapat diamati untuk menentukan apakah ada kerusakan atau tidak.

Beberapa kerusakan yang mungkin timbul dan bisa diamati secara visual antara lain :

  • Retak-retak / pecah-pecah
  • Blister atau meletup / menggelembung
  • Berlubang atau pin-hole


Jika hal ini terjadi karena formulasi cat tidak optimal, dan bahan baku yang digunakan kurang cocok atau tidak sesuai. Formulasi cat tersebut harus dibenahi agar bisa menghasilkan cat yang lebih baik lagi.

Mengenal Jenis-Jenis Cat Tembok



Cat Tembok adalah cat yang paling banyak diproduksi dan dipakai oleh masyarakat. Adapun cat tembok adalah jenis cat yang tergolong paling "tricky" karena beragamnya merk, kualitas, dan rentang harga yang terdapat di pasaran. Selain itu, cat tembok water based adalah jenis cat yang paling kompleks juga, karena beragamnya bahan baku yang digunakan dalam pembuatannya dan proses optimalisasi formulasinya yang tergolong cukup rumit karena banyaknya variabel bahan baku tersebut. 

Dari sisi komersial sebagai contoh, banyak cat tembok yang dijual di pasaran dengan harga di level 80 ribu rupiah per pail (22 L) dan ada juga yang dijual dengan harga sampai 2-3 juta rupiah per pail (22 L). Bayangkan betapa lebarnya rentang harga yang tersedia. Terdapat banyak sekali jenis-jenis cat tembok di pasaran, namun agar lebih sederhana dalam artikel ini akan dijabarkan beberapa parameter untuk membedakan jenis-jenis cat tembok

A. Berdasarkan Aplikasi

  • Interior
  • Exterior


Pada umumnya cat interior mempunyai isi lebih banyak dari sisi volume karena pengecatan di dalam bangunan membutuhkan lebih banyak cat daripada di luar bangunan. Kenapa dibedakan antara interior dan exterior? Pada dasarnya untuk exterior adalah karena efek dari sinar UV (dari matahari) yang menyebabkan kerusakan pada polimer cat tembok tersebut. Ada polimer yang mampu bertahan dengan sinar UV dari matahari (dengan bantuan additif dan bahan baku yang sesuai). Untuk aplikasi interior biasanya akan relatif lebih mild serangan sinar UV tersebut, sehingga kerusakan polimer akan jauh lebih lambat. Kerusakan polimer dapat ditunjukkan antara lain dengan ciri menguning (yellowing), pecah (cracking), warna pudar dan mengapur (chalking).


B. Berdasarkan Bahan Baku Utama yang Umum (Latex / Resin / Binder)

  • Full Acrylic - Pemakaian untuk interior dan exterior (penekanan di exterior)
  • Styrene Acrylic - Pemakaian untuk interior maupun interior/exterior (2 in 1)
  • Vinyl Acrylic - Pemakaian umumnya untuk interior saja


Penekanan bahan baku adalah pada sifat yellowing, dimana dari ketiga bahan baku populer yang disebutkan diatas, ada bahan baku spesifik yang sesuai untuk aplikasi-aplikasi tertentu. Selain bahan yang disebutkan diatas, ada juga bahan baku yang lain yang dinamakan Veova Acrylic dan juga VAE Acrylic (Vinyl Acetate/Ethylene). Ini adalah pengembangan dari bahan baku Vinyl Acrylic yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas binder tersebut.

Dari kategori diatas bisa disimpulkan bahwa,

Full Acrylic ~ Non Yellowing, 
Styrene Acrylic ~ Slightly Yellowing, dan 
Vinyl Acrylic ~ Yellowing.

Semua adalah acrylic technology, yang membedakan adalah polymer building block daripada jenis-jenis latex tersebut, dan sifat yellowing yang terjadi adalah karena bahan baku yang "dimasak" pada saat pembuatan latex tersebut.


C. Berdasarkan Kualitas


Saat kita bicara kualitas, disini adalah hal yang "tricky" pada cat tembok mulai terjadi. Perbedaan harga yang signifikan selain dikarenakan penggunaan latex yang berbeda, juga karena adanya variasi dalam PVC (Pigment Volume Content). Yang disebut sebagai Pigment disini adalah termasuk filler (bahan pengisi) dan pigment (pewarna) itu sendiri. PVC yang disebut-sebut pada pembahasan cat tembok ini adalah istilah spesifik pada cat tembok, jadi bukan PVC = Poly Vinyl Chloride (resin plastik).

Kategori cat berdasarkan PVC :

  • High PVC ~ cat tembok low-end (murah) - disebut juga sebagai FLAT wall paint
  • Medium PVC ~ cat tembok medium-end (menengah) - disebut juga sebagai MEDIUM/SATIN/SEMI-GLOSS wall paint
  • Low PVC ~ cat tembok high-end (mahal) - disebut juga sebagai GLOSS wall paint


Umumnya cat tembok High PVC bisa sampai 85-90% PVC dalam formulasinya, Medium PVC antara 50-60%, dan Low PVC antara 30-40%. Tidak ada yang exact dalam klasifikasi produsen untuk jenis-jenis cat berdasarkan ini, tapi harga jual (biasanya) akan "merepresentasikan" kualitas cat-nya.

PVC sendiri bisa diukur secara kualitas dari density-nya (berat jenis). Karena kandungan PVC adalah filler/pigment yang relatif berat dan bisa terbasahi oleh bahan baku cat waterbased tersebut, maka semakin tinggi PVC-nya, akan semakin tinggi pula density cat tersebut (secara kualitatif, tidak ada yang eksak disini). Cara simpel untuk melihat density adalah dengan membandingkan beratnya pada volume yang sama. Contoh (hanya sebagai ilustrasi saja) dengan pail yang seukuran, ada cat tembok yang pada volume tertentu pada pail (misal 22 L) setelah ditimbang ternyata beratnya 22 kg, tapi ada cat lain dengan volume sama pada pail yang sama ditimbang beratnya sampai 25 kg. Hal ini berarti density-nya berbeda pada volume yang sama. Secara awam bisa disimpulkan bahwa cat dengan density yang lebih tinggi berarti memiliki kandungan filler lebih tinggi. Kandungan filler tinggi ~ high pvc ~ low quality.

Jadi kalau anda dihadapkan dengan pilihan 2 cat tembok, secara kasat mata bisa diukur bahwa cat tembok dengan density lebih berat berarti memiliki PVC lebih tinggi, dan dengan demikian dapat diambil kesimpulan secara kualitatif bahwa cat dengan PVC lebih tinggi tersebut akan lebih inferior daripada cat dengan PVC lebih rendah.

Tapi karena ini adalah pengukuran kualitatif, maka ini hanyalah guidance saja, karena faktor penggunaan bahan baku juga amat sangat berpengaruh. Ada filler2 yang density-nya ringan, adapula yang berat. Ada latex yang bagus, ada yang jelek. Cat density rendah, tapi latex yang digunakan adalah yang berkualitas jelek, maka cat juga akan jelek.

Bicara mengenai PVC, ada produsen yang cukup "jujur" dalam mengklasifikasikan produk2nya kedalam 3 kategori PVC itu dengan merk yang berbeda, walaupun mereka tidak memberitahu ke konsumen tentang kenapa sebenarnya mengklasifikasikan seperti itu. Yang konsumen tahu adalah perbedaan harganya saja.

Kita akan menggunakan analogi yang kreatif dengan Pu-Yung-Hai, tentunya kebanyakan dari kita mengenal jenis makanan yang satu ini. Jika kita anggap Telur = Binder, kemudian Tepung = Filler, Daging = Pigment, dan Rasa = Kualitas, maka bisa kita analogikan bahwa Low PVC paint adalah Pu Yung Hai yang terenak, karena menggunakan filler/tepung sedikit (filler tidak bisa dihilangkan), pigment/daging secukupnya, binder/telur yang cukup sehingga berasa enak. Pada High PVC paint, yang terjadi adalah binder/telur yang digunakan dengan jumlah yang sama, pigment/daging dengan jumlah yang sama, tapi filler/tepungnya ditambahkan banyak, hasilnya adalah Pu Yung Hai-nya terlihat gendut (dan berat), tapi rasanya tidak seenak dengan Pu Yung Hai yang pertama dimana rasa telur dan dagingnya lebih "nendang". Semoga analogi ini bisa dimengerti, penggunaan filler yang berlebihan akan menjadikan kualitas cat tembok menurun, tapi tentunya akan menurunkan juga harga jual (apalagi jika dijual per kilo).

Sunday 17 January 2016

Apa itu Warna?

Apa itu Warna?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke III, warna dapat diartikan sebagai kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda yang dikenainya. Proses terlihatnya warna adalah dikarenakan adanya cahaya yang menimpa suatu benda, dan benda tersebut memantulkan cahaya ke mata (retina) kita hingga terlihatlah warna.

Benda berwarna merah karena sifat pigmen benda tersebut memantulkan warna merah dan menyerap warna lainnya. Benda berwarna hitam karena sifat pigmen benda tersebut menyerap semua warna. Sebaliknya suatu benda berwarna putih karena sifat pigmen benda tersebut memantulkan semua warna. 

Pembahasan mengenai keberadaan warna secara ilmiah dimulai dari hasil temuan Sir Isaac Newton yang dimuat dalam bukunya “Optics”(1704) Ia mengungkapkan bahwa warna itu ada dalam cahaya. Hanya cahaya satu- satunya sumber warna bagi setiap benda. Asumsi yang dikemukan oleh Newton didasarkan pada penemuannya dalam sebuah eksperimen. Di dalam sebuah ruangan gelap, seberkas cahaya putih matahari diloloskan lewat lubang kecil dan menerpa sebuah prisma. Ternyata cahaya putih matahari yang tidak tampak berwarna, oleh prisma tersebut dipecahkan menjadi susunan cahaya berwarna yang tampak di mata sebagai cahaya merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu, yang kemudian dikenal sebagai susunan spektrum dalam cahaya. Jika spektrum cahaya tersebut dikumpulkan dan diloloskan kembali melalui sebuah prisma, cahaya tersebut kembali menjadi cahaya putih. Jadi, cahaya putih (seperti cahaya matahari) sesungguhnya merupakan gabungan cahaya berwarna dalam spektrum.