Sunday 29 October 2017

Mengenal Epoxy Flooring dan Tahapan Aplikasinya

Apa itu Epoxy Flooring?

Epoxy Flooring bisa didefinisikan sebagai salah satu cara pengecatan lantai menggunakan cat epoxy yang terdiri dari satu atau lebih lapisan yang berguna untuk melapisi dan melindungi substrate yang biasanya berupa lantai beton atau pun lantai lain. Epoxy Flooring menggunakan dua komponen bahan (resin epoxy dan hardener epoxy) dalam aplikasinya. Kedua komponen ini dicampur bersama-sama dengan perbandingan tertentu hingga homogen sesaat sebelum di aplikasikan pada substrate lantai.

Epoxy Flooring adalah salah satu teknik pengecatan lantai yang paling banyak digunakan. Teknik pengecatan lain untuk lantai biasanya menggunakan Polyurethane Flooring, MMA Flooring, atau juga Polyaspartic.

Contoh Aplikasi Epoxy Flooring pada Lantai Pabrik



Dimana Epoxy Flooring sering digunakan?
Epoxy Flooring dikembangkan untuk pengecatan lantai indusri dimana memerlukan ketahanan ekstra terhadap siklus kerja, bahan kimia, tahan abrasi dan juga mudah dibersihkan. Namun sekarang penggunaannya lebih meluas seperti untuk pengecatan area parkir dan juga gudang penyimpanan bahan. Epoxy Flooring juga biasa digunakan untuk pengecatan lantai pada industri makanan dan farmasi karena sifatnya yang mudah dibersihkan, aman dan higienis.

Salah satu perkembangan terbaru Epoxy Flooring adalah digunakan pada area komersil seperti toko-toko, pasar, hotel dan area rekreasi.

Bagaimana Cara Aplikasi Epoxy Flooring?

1. Persiapan Lahan
Langkah ini untuk mempersiapkan dan memastikan bahwa lantai siap untuk di cat. Hasil  Pengecatan Epoxy Flooring yang optimal bisa didapat jika lahan yang kita gunakan juga sudah dipersiapkan dengan baik. Lahan yang akan dicat harus benar-benar bersih, terbebas dari kotoran dan minyak serta permukaannya harus dipastikan rata. Jika permukaan tidak rata, sebaiknya lakukan perataan menggunakan mesin grinding.

2. Memperbaiki Lantai Retak dan Berlubang
Selain lantai harus rata, permukaan lantai yang akan dilakukan pengecatan menggunakan Epoxy juga harus terbebas dari lubang dan retakan agar hasil pengecatan benar-benar optimal. Lubang atau retakan ini bisa diperbaiki menggunakan Epoxy Grouting

3. Pemberian Lapisan Primer
Langkah ini adalah langkah pertama dalam pemberian lapisan Epoxy Flooring. Pemberian lapisan primer berguna untuk mengoptimalkan penetrasi cat ke dalam lapisan permukaan beton sehingga daya rekat cat epoxy pada lapisan berikutnya bisa maksimal.

4. Pemberian Lapisan Epoxy Coating
Langkah ini dilakukan setelah lapisan primer kering. Langkah ini bisa berbeda-beda tergantung sistem pengecatan yang dibutuhkan. Untuk area kerja yang ringan, bisa langsung diaplikasikan lapisan topcoat yang tipis dengan beberapa sifat yang dibutuhkan, (misal lapisan high gloss, skid resistance, chemical resistance, dll). Namun untuk kebutuhan lain (misal, heavy duty atau high build) biasanya diaplikasikan terlebih dahulu lapisan seal coat yang high build untuk memberikan lapisan yang tebal dan kuat. Baru Setelah lapisan ini kering, diberi lapisan top coat dengan sifat tertentu (misal lapisan high gloss, skid resistance, chemical resistance, dll)





Mengenal Teknologi Polysiloxane Pada Jembatan "Roosevelt Island Bridge"

Teknologi Coating (pelapisan) untuk jembatan tidak banyak berubah sejak tahun 1977. Teknologi finish coat yang ada saat ini hanya terbatas pada alkid, akrilik, atau urethane. Kemajuan dari teknologi ini mengalami penurunan selama bertahun-tahun karena adanya tuntutan pengurangan biaya di cat untuk memenuhi persyaratan harga proyek.

Pemilik jembatan dan insinyur memiliki pilihan yang terbatas untuk memilih pelapis kinerja tinggi untuk melindungi aset mereka. Hal ini bahkan sangat penting pada struktur profil tinggi di mana finish coat perlu bertahan dalam ujian waktu yang cukup lama mengingat dana pemeliharaan terbatas telah memaksa pemilik aset untuk memperpanjang waktu perbaikan berkalanya.

Salah satu proyek tersebut adalah Jembatan Roosevelt Island. Roosevelt Island Bridge, yang dimiliki oleh New York City DOT, adalah jembatan angkat yang mencakup East Channel East River. Dengan 170 menara kaki dan warna cool deep red.  Roosevelt mudah terlihat dari Langit Manhattan dan diperlukan Ultra Finish Coat yang tahan lama.

LATAR BELAKANG
Roosevelt Island Bridge adalah menara kendali angkat vertikal, jembatan bergerak yang melintasi daerah Timur dari East River antara wilayah Queens dan Roosevelt Island, New York City. Jembatan ini satu-satunya cara akses kendaraan ke Roosevelt Island. Jembatan ini memiliki dua jalur 17-kaki lalu lintas kendaraan dan trotoar 6-kaki. jembatan ini digunakan oleh pejalan kaki dan kendaraan dengan volume yang meningkat selama jam sibuk.

Pemilihan Cat
Roosevelt Island Bridge awalnya dicat dengan warna merah tua, tapi lebih dari 50 tahun paparan sinar ultraviolet dan cuaca menyebabkan warna merah memudar menjadi warna merah muda. Setelah menyaksikan bahwa hasil ketahanan warna antara kombinasi polyurethane standar dan polyester clear coat yang memang dipakai pada proyek-proyek sebelumnya tidak cukup baik, NYCDOT secara khusus memfokuskan agar naungan warna merah tua yang dipilih oleh Komisi Pusat Seni New York sebagai warna bersejarah untuk Roosevelt Island Bridgehave memiliki daya tahan yang luar biasa.

Untuk mendapatkan ketahanan warna dan gloss yang optimal sesuai dengan anggaran, empat jenis coating umum dipilih sebagai pilihan untuk finish coat. Setelah kajian menyeluruh dari semua empat pilihan finish coat pilihan  terakhir jatuh pada teknologi polysiloxane finish coat. Ada beberapa pertimbangan yang menyebabkan kenapa polysiloxane dipilih dibanding jenis cat lainnya.

4 Jenis Finish Top Coat
1. Acrylic PU Standar Grade
2. Acrylic PU Premium Grade
3. Flouropolymer
4. Polysiloxane


Acrylic PU Standar Grade
Acrylic Polyurethane sudah tidak diragukan lagi kemampuannya karena sudah digunakan sebagai top coat selama lebih dari 50 tahun terakhir di pasar cat protektif. Tantangan terbesar dalam penggunaan Acrylic Polyurethane ini adalah bagaimana menekan harganya yang cukup tinggi. Acrylic PU Standar Grade adalah hasil pengembangan cat Polyurethane yang harganya lebih kompetitif. Namun, hasil negatif dari usaha cost reduction ini biasanya berimbas pada ketahanan warna dan tingkat gloss (kilap) yang kurang maksimal. Biasanya PU Standar Grade warna dan tingkat gloss nya akan mulai menurun setelah 2000 jam terkena paparan sinar matahari.

Acrylic PU Premium Grade
Acrylic PU Premium Grade adalah jenis PU yang diformulasi agar memiliki ketahanan terhadap paparan sinar matahari yang tinggi. Selain itu jenis PU ini tidak mudah menurun kualitas tingkat kilap nya selama beberapa tahun. PU Premium Grade ini biasanya digunakan untuk aplikasi pasar High End karena harganya yang mahal sehingga untuk penggunaan projek pengecatan jembatan jarang sekali digunakan karena alasan biaya yang terlalu tinggi.


Flouropolymer
Flouropolymer adalah jenis cat yang mengandung flourinated monomer yang dikombinasikan dengan carbon base produk sehingga menghasilkan lapisan yang fleksibel dan kuat. Selain itu lapisan dari flouropolymer ini memiliki ketahanan warna dan tingkat kilap yang sangat baik. Tetapi bagaimana pun juga, ada harga ada kualitas. Flouropolymer in termasuk salah satu jenis cat paling mahal dalam industri cat dan biasanya tidak lazim digunakan dalam pengecatan projek jembatan karena alasan harganya.

Alasan lain flouropolymer tidak digunakan dalam projek jembatan adalah sifatnya yang low solid karena tingkat penguapan solventnya yang tinggi. Ini akan berbenturan terutama di negara yang memiliki aturan ketat mengenai keamanan lingkungan.

Polysiloxane
Polysiloxane bukan lah barang baru di dunia coating. Produk ini pertama kali diperkenalkan pada pertengahan tahun 1990 namun sempat tertahan dan baru dikembangkan ke beberapa pasar teknologi pengecatan, salah satunya pengecatan jembatan.

Polysiloxane adalah produk unik yang dihasilkan dari siloxane resin yang kemudian dikombinasikan dengan organik resin sehingga menghasilkan suatu produk yang memiliki keunggulan terutama ketahan UV nya yang sangat sangat baik. Ini dikarenakan reaksi rantai kimia antara silikon dan oxygen pada polysiloxane sangat kuat menahan paparan sinar UV dari matahari jauh lebih kuat dibandingkan reaksi rantai kimia antara karbon dengan karbon pada resin jenis cat lain.

Kesimpulan
Teknologi Polysiloxane menjadi teknologi yang dipilih pada pengecatan jembatan "Roosevelt Island Bridge", namun teknologi polysiloxane tidak selalu menjadi teknologi terbaik untuk jembatan. Pada dasarnya teknologi ini lebih mahal dari jenis Acrylic PU Coating, namun ketika mempertimbangkan ketahanannya terhadap paparan sinar UV, kita bisa memperhitungkan jumlah penghematan terutama dalam biaya maintenance sehingga pengecatan ulang bisa dilakukan dalam periode waktu yang lama. Ini mengingat biaya maintenance struktur jembatan yang rumit tentunya membutuhkan biaya yang mahal.


Jembatan Sebelum di Cat Ulang
Jembatan Setelah di Cat Ulang dengan Polysiloxane



Tuesday 17 May 2016

Mengenal Cat Glow in The Dark

Bahan Glow in The Dark (berpendar dalam kegelapan) sudah dikenal bertahun-tahun dan sering disebut dengan nama luminescent. Bahan ini merupakan pigmen dan sudah banyak diterapkan pada bahan-bahan seperti plastik. Awalnya, bahan ini menggunakan senyawa seng sulfida yang memiliki waktu bercahaya yang singkat. Namun seiring berjalannya waktu, bahan ini terus dikembangankan sehingga memiliki waktu berpendar (bercahaya) yang relatif lebih lama seperti yang ada pada mainan anak-anak dan juga wall stiker berbentuk bintang-bintang yang banyak beredar sekarang.



Salah satu aplikasi lain dari bahan glow in the dark ini adalah pada komposisi cat. Cat yang bisa berpendar dalam kegelapan (glow in the dark) sangat berguna sebagai penunjuk arah, penanda jalan (marka jalan). Namun selain itu ada banyak kegunaan lain dari cat glow in the dark seperti penanda jalan darurat atau tanda bahaya saat gelap.

Komposisi cat glow in the dark ini sebenarnya sederhana. Cat glow in the dark biasanya mengandung resin latex, pelarut, pigment yang mengandung bahan luminescent, dan bahan lain yang bisa membuat semua bahan tersebut stabil, berbentuk kental dan dapat diaplikasikan dengan mudah.

Sebagai contoh, berikut adalah formula untuk membuat cat glow in the dark water base (berbahan dasar air) yang bisa anda coba. Anda bisa cari bahan-bahan nya di toko bahan kimia sesuai merk dagang atau deskripsi kimia nya. Namun harga pigment luminescent ini masih relatif mahal sehingga harga jual cat ini juga masih tinggi di pasaran. Rata-rata cat glow in the dark dijual dengan harga 900.000 hingga satu juta rupiah untuk satu liternya.



Formula Cat Luminescent (Glow In The Dark)




Langkah 1
Siapkan sebuah wadah stainless steel yang benar-benar bersih. Masukkan 50% acrylic polimer ke dalam wadah, lalu mix secara perlahan (low speed). Sambil dimix dengan kecepatan rendah, tambahkan propylene glycol, wetting agent, dan surfaktan. Mix low speed selama 5 menit

Langkah 2
Tambahkan Titanium Dioxide, mix medium speed selama 10 menit
Tambahkan Calcium Carbonate, mix medium speed selama 10 menit
Pastikan semua filler, powder sudah homogen

Langkah 3
Tambahkan thickener, lanjutkan mix selama 10 menit
Tambahkan anti foam dan amonia, mix low speed selama 10 menit. Jaga suhu agar tidak lebih dari 40 derajat celcius

Langkah 4
Tambahkan air dan sisa 50% acrylic polimer
Tambahkan methylated spirit, mix low speed selama 5 menit
Terakhir tambahkan texanol, mix hingga benar-benar homogen. Jika dirasa terlalu kental, tambahkan air secukupnya

Gunakan wadah plastik untuk menyimpan cat yang sudah dibuat.

Bahan-Bahan yang dipakai dalam formula tersebut bisa anda cari sesuai merk dagangnya. Jika anda sulit menemukan, anda bisa cari bahan kimia merk lain dengan fungsi yang sama.

Sunday 15 May 2016

Formula Cat Tembok Ekonomis

Sebagai awalan, berikut saya berikan sebuah formula untuk membuat cat tembok ekonomis. Kenapa ekonomis? Karena dari sisi harga cat ini tergolong cat yang murah dari sisi harga. Namun untuk permulaan tidak ada salahnya bagi anda yang ingin mencoba membuat cat tembok untuk pertama kali. Jika sudah bisa membuat cat dengan formula berikut, anda bisa mengkombinasikan bahan dengan kualitas dan kuantitas yang bervariasi untuk meningkatkan kualitas dan harga jual nantinya.




Formula Cat Tembok Ekonomis


Pada proses grinding,  semua bahan dimasukan satu persatu sesuai urutannya perlahan sambil digiling dengan mesin giling (mixer) pada kecepatan sedang-tinggi hingga semua bahan terlihat halus terdispersi (homogen) dan berbentuk pasta kental. Jika terlalu kental, bisa ditambahkan sebagian air yang terdapat pada proses letdown. Setelah dipastikan halus, berbentuk adonan pasta kental, turunkan kecepatan mixer, lalu masukan satu persatu bahan pada proses letdown sambil dimix pada kecepatan rendah. Jika semua proses dilakukan dengan benar, formula diatas akan menghasilkan cat dengan spesifikasi di bawah ini.

Properties Cat
PVC,  %: 70.0
Volume Solids, %:  29.8
Weight Solids, %: 50.2
Stormer, KU: 94
ICI, poise: 0.9
pH,  initial: 8.3


Fi1m Properties :
Reflectance, %: 91.2
Sheen, 85: 1.1
Contrast  Ratio, 3-mil film: 0.959
ASTM Scrub  Cycles, with shim failure,  10%: 102
Color*:
Acceptance: Exc
Development : Exc

Bahan-Bahan yang dipakai dalam formula tersebut bisa anda cari sesuai merk dagangnya. Jika anda sulit menemukan, anda bisa cari bahan kimia merk lain dengan fungsi yang sama.

Anda bisa menambahkan pewarna sesuai keinginan anda. Biasanya digunakan pigment powder dengan jumlah maksimum 2% dari berat cat keseluruhan.

Sumber :
Ucar Emulsion Systems: Ucar Latex 353: Formulation
Suggestion 1-2460

Thursday 21 April 2016

Mengenal Cat Anti Fouling

Anti-fouling adalah cat yang digunakan untuk melapisi bagian bawah kapal untuk mencegah makhluk laut seperti ganggang dan moluska menempel dan hidup di lambung kapal sehingga membuat kapal menjadi berat, memperlambat kapal dan meningkatkan konsumsi bahan bakar.



Konvensi terbaru mendefinisikan "sistem anti-fouling" sebagai "lapisan, cat, perawatan permukaan, permukaan atau perangkat yang digunakan pada kapal untuk mengontrol atau mencegah penempelan organisme yang tidak diinginkan".

Pada awalnya, kapur dan arsenik digunakan untuk melindungi lambung kapal dari tumbuhnya organisme laut yang tidak diinginkan, sampai akhirnya industri kimia modern mengembangkan cat anti-fouling yang efektif dengan menggunakan senyawa logam.

Senyawa ini perlahan-lahan keluar dari lapisan cat dan menyerap ke dalam air laut, menewaskan teritip dan kehidupan laut lainnya yang menempel ke kapal. Namun penelitian telah menunjukkan bahwa senyawa ini bertahan di dalam air, membunuh makhluk laut lain, merusak lingkungan dan mungkin memasuki rantai makanan. Salah satu cat anti-fouling yang paling efektif, dikembangkan pada tahun 1960, berisi tributiltin organotin (TBT), yang telah terbukti menyebabkan deformasi pada tiram.



Penerapan Konvensi baru menandai hasil yang sukses dari tugas yang ditetapkan oleh Bab 17 Agenda 21 yang dikembangkan oleh Konferensi Rio 1992 tentang Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Bab 17 menyerukan Amerika untuk mengambil langkah-langkah untuk mengurangi polusi yang disebabkan oleh senyawa organotin digunakan dalam sistem anti-fouling.

Dampak lingkungan berbahaya dari senyawa organotin diakui oleh IMO pada tahun 1989. Pada tahun 1990 IMO Marine Environment Komite Perlindungan (MEPC) mengadopsi sebuah resolusi yang merekomendasikan bahwa pemerintah harus mengambil langkah-langkah untuk menghilangkan penggunaan anti-fouling cat yang mengandung TBT pada kapal non-aluminium yang dilapisi kurang dari 25 meter panjangnya dan menghilangkan penggunaan cat anti-fouling dengan tingkat pencucian lebih dari empat microgrammes TBT per hari.

Pada bulan November 1999, IMO mengadopsi resolusi Majelis yang meminta MEPC untuk mengembangkan instrumen, mengikat secara hukum di seluruh dunia, untuk mengatasi efek berbahaya dari sistem anti-fouling digunakan pada kapal. Resolusi menyerukan larangan global terhadap penerapan senyawa organotin yang bertindak sebagai biosida dalam sistem anti-fouling pada kapal oleh 1 Januari 2003, dan larangan lengkap pada tanggal 1 Januari tahun 2008.

Instrumen ini kemudian diadopsi sebagai Konvensi Internasional tentang Pengawasan Berbahaya Sistem Anti-fouling di Kapal.

Saturday 12 March 2016

Mengenal Jenis Cat Protektif

Cat  Protektif setelah  diaplikasikan  akan  berubah  menjadi lapisan  proteksi  berbentuk  lapisan film padat melalui proses yang biasanya disebut dengan pembentukan film atau pengeringan. Berdasarkan mekanisme  pembentukan  film,  cat dapat  dikelompokkan  dalam  2  besar, Cat  tidak terkonversi (Non-Convertible  coating) dan Cat terkonversi (Convertible Coating).



Cat  tidak  terkonversi  (Non-Convertible  coating) merupakan  cat  dalam  proses  pembentukan  film
melalui proses penguapan solvent / pelarutnya. Cat jenis  ini  terbuat  dari  resin  padat  yang dilarutkan dalam pelarut yang sesuai. Contoh cat tidak terkonversi  adalah  Vinyl,  Chlorinated Rubber,  Acrylic dan  Bituminous.  Cat  jenis  ini  dapat  larut  kembali dengan solvent / pelarutnya

Cat  terkonversi  (Convertible  Coating)  adalah  cat dimana  proses  pembentukan  filmnya  bisa melalui berbagai macam proses, antara lain oksidasi dengan udara atau reaksi kimia dengan bantuan katalis. Proses  reaksi  oksidasi  dengan  udara  merupakan proses pembentukan film dari cat Unmodified drying oil, Alkyd, Alkyd modified, Epoxy ester. Sedangkan cat  Epoxy,  Polyurethane, Polyurea,  Polyester,  Phenolic, Wash Primer. Cat jenis ini tidak larut kembali dengan pelarutnya.


Berdasarkan metode pencampuran atau kemasan, cat dapat dibagi menjadi 1 komponen, 2 komponen dan 3  komponen.  Cat  1  komponen  adalah  cat  yang  di kemas  dalam  satu  kemasan  tunggal  dan penggunaannya  hanya  perlu  thinner  sebagai  pengencer, contoh  ;  cat  alkyd,  vinyl,  CR.  Bila produk  dikemas menjadi  2  sebagai  Base  dan  hardener  /  katalis, seperti Epoxy, PU, maka produk tersebut kelompok cat 2 komponen. Sedangkan cat 3 komponen adalah cat yang di kemas dalam Base, Hardener dan katalis, contohnya Polyester.

Sunday 24 January 2016

Mengenal Binder Sebagai Bahan Baku Utama Pembuatan Cat Tembok

Binder / Resin adalah bahan baku yang berfungsi membentuk film pada cat tembok. Kualitas binder yang digunakan akan sangat mempengaruhi cat tembok yang dihasilkan. Adapun binder yang paling umum dipakai untuk cat tembok adalah binder yang disebut sebagai "LATEX". Ini bukanlah latex yang disebut sebagai latex karet alam seperti yang dipakai pada kasur latex, tetapi ini adalah sejenis resin yang flexible. Belajar mengenai latex, berarti belajar mengenai polimerisasi juga. Pada dasarnya polimerisasi resin adalah pembentukan resin/binder dari polymer building block seperti monomers. Memang istilah ini sangat teknis sekali, tetapi pada dasarnya polymer building block inilah yang menentukan kualitas dan harga jual latex yang dihasilkan. Prosesnya secara umum dinamakan EMULSION POLYMERIZATION, dan di Indonesia sendiri ada beberapa perusahaan yang membuat Latex sebagai bahan baku cat tembok.



Pada umumnya Latex yang dipakai pada cat tembok adalah ACRYLIC TECHNOLOGY, dimana untuk semua latex yang dibuat diberi embel-embel "acrylic". Sebagai contoh adalah :

Latex FULL ACRYLIC (atau 100% Acrylic)
Ini berarti bahan baku didalamnya adalah full acrylic building block, dimana membawa sifat non-yellowing, high performance, dan fleksibilitas tinggi, sehingga sangat cocok dipakai untuk aplikasi EXTERIOR. Latex jenis ini bisa digunakan juga untuk aplikasi interior, tapi akan sangat over-engineered sekali jika dipakai untuk aplikasi interior (karena harga latex ini paling mahal). Pemakaian latex jenis ini juga mensyaratkan pemakaian additif yang khusus dan dalam jumlah lebih besar daripada latex jenis lainnya.

Latex STYRENE ACRYLIC
Ini adalah jenis latex yang sekarang bisa dibilang paling populer. Gugus polymer acrylic dipadukan (dimasak) bersama dengan Styrene Monomers yang berharga ekonomis, menghasilkan latex jenis ini. Latex ini populer karena hanya sedikit yellowing (tergantung formulasi latexnya), tetapi menunjukan performance film yang relatif baik. Beberapa produsen mampu memodifikasi menjadi latex yang hanya slightly yellowing (sedikit menguning saja). Gugus Styrene Monomers sebenarnya adalah bersifat yellowing, tapi dengan formulasi pembentukan latex yang tepat, maka sifat yellowingnya bisa ditekan. Latex yang dihasilkan oleh produsen ini kemudian diberi embel-embel 2 ini 1, untuk aplikasi interior & exterior. Banyak produsen cat tembok yang telah meluncurkan cat 2 in 1 jenis ini, bisa dipastikan adalah menggunakan latex jenis stryene acrylic.

Latex VINYL ACRYLIC
Adalah jenis latex yang dibilang paling ekonomis. Gugus Vinyl Monomers bersifat yellowing tetapi berharga murah dicampur dengan Acrylic building block. Untuk cat tembok murah dengan high pvc biasanya menggunakan jenis latex ini.

Jenis latex yang populer diatas banyak dipakai oleh produsen cat tembok di Indonesia. Pada tutorial ini kami tidak akan pernah menyebutkan merk cat dari produsen tertentu ataupun merk bahan baku dari supplier tertentu karena menyangkut kode etik bisnis. Konsultasi lebih lanjut dimungkinkan untuk mengetahui beberapa hal yang lebih mendalam secara teknis maupun secara komersial.


Selain ketiga jenis latex diatas, adapula bahan baku latex lain yang mulai menanjak popularitasnya. Yaitu antara lain :

VEOVA
Ini adalah modifikasi latex yang terbuat dari building block acrylic, vinyl acetate, dan Veova monomers yang diklaim memiliki keunggulan dalam pemakaian interior dan exterior. Dalam beberapa test, produsen latex jenis ini menekankan bahwa untuk aplikasi exterior ekonomis, latex jenis VEOVA mampu mengungguli daya tahan exterior latex jenis Styrene Acrylic. Sehingga latex VEOVA banyak digunakan juga untuk aplikasi 2 in 1.

VAE (Vinyl Acetate / Ethylene)
Ini adalah teknologi baru yang diperkenalkan sebagai binder pada aplikasi cat tembok. Seperti diketahui, cat tembok adalah cat berjenis Water-Borne, dimana dalam formulasinya tidak murni 100% berbahan dasar air, tapi tetap perlu ditambahkan solvent tertentu untuk membantu mempermudah cat tersebut mencapai hasil aplikasi yang diinginkan. Adapun karena berkembangnya kesadaran masyarakat akan pengurangan pencemaran lingkungan, maka sekarang diinginkan adanya produk dengan label "Green Product", yang berarti tidak mencemari lingkungan atau sangat minim sekali mencemari lingkungan. Penggunaan solvent dalam formulasi cat tembok akan menyebabkan cat tersebut memiliki kandungan VOC (Volatile Organic Compound, atau bahan yang mudah menguap) yang dituding sebagai biang kerok perusak lingkungan. Adapun dengan pemakaian latex berjenis VAE, maka penggunaan solvent sebagai additif cat tembok bisa dihilangkan karena sifat VAE ini adalah low additif demand untuk mencapai performance cat yang diinginkan. Adapun kekurangannya adalah secara kualitas dan juga harga menjadi kurang menarik dibanding latex jenis lain (mengurangi pemakaian solvent tapi harga latex VAE lebih mahal dan performance kualitas cat yang dihasilkan masih dibawah latex jenis lain).